Kamis, 28 April 2016

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG ALAM (Surah Ali Imran Ayat 190-191 Dan Surah Ibrahim Ayat 32-34)

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG ALAM
(Surah Ali Imran Ayat 190-191 Dan  Surah Ibrahim Ayat 32-34)

A.    Surah Ali Imran ayat 190-191
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ   tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ  
Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (Kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.(Q.S. Ali Imran, 3 : 190-191)



B.       Tafsir Ayat
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (Kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal.”  Renungkanlah alam, langit dan bumi. Langit yang melindungimu dan bumi yang terhampar tempat kamu hidup. Pergunakanlah fikiranmu. Dan tiliklah pergantian antara siang dan malam. Semua itu penuh dengan ayat-ayat, tanda-tanda kebesaran Tuhanmu.
Langit adalah yang di atas kita, yang menaungi kita. Bumi adalah tempat kita berdiam ini, penuh dengan aneka keganjilan, yang kian diselidiki kian mengandung rahasia ilmu yang belum teruai. Langit dan bumi dijadikan oleh Khalik dengan tersusun terjangkau dengan sangat tertib. Bukan hanya semata dijadikan, tetapi setiap saat tampak hidup semula, bergerak menurut aturan. Silih berganti perjalanan malam dan siang, betapa besar pengaruhnya atas hidup kita ini dan hidup segala yang bernyawa. Semua ini menjadi tanda-tanda bagi orang yang berfikir, bahwa tidaklah semua ini terjadi sendirinya.
Orang yang melihatnya dan mempergunakan fikiran meninjaunya, masing-masing menurut bakat fikirannya. Entah dia seorang ahli ilmu alam, ahli ilmu tumbuh-tumbuhan, semuanya akan dipesona oleh susunan tabir alam di hadapan kebesaran penciptanya. Akhirnya tak ada arti diri, tak ada arti alam, yang ada hanyalah DIA, yaitu yang sebenarnya ADA.
Orang yang berfikiran: (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring” Artinya orang yang tidak pernah lepas Allah dari ingatannya. Disini disenut Yadzkuruuna, yang berarti ingat. Berpokok dari kalimat zikir yang berarti ingat. Dan disebutkan hendaklah zikir itu bertali di antara sebutan dan ingatan. Kita sebut nama Allah dengan mulut karena dia terlebih dahulu teringat dalam hati. Maka teringatlah dia sewaktu berdiri, duduk termenung atau tidur berbaring. Sesudah penglihatan atau kejadian langit dan bumi, atau pergantian siang dan malam, langsungkan ingatan kepada yang menciptakannya, karena jelaslah bahwa semuanya itu tidaklah ada yang terjadi dengan sia-sia atau secara kebetulan. Ingat dan zikir pada Allah itu, sekali lagi bertali dengan memikirkan. Maka datanglah sambungan ayat: Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” Di sini bertemulah dua hal yang tak terpisahkan yaitu zikir dan fikir. Difikirkan semua yang terjadi itu, maka lantaran difikirkan timbullah ingatan sebagai kesimpulan dari berfikir, yaitu bahwa semuanya itu  tidaklah terjadi dengan sendirinya. Melainkan ada Tuhan Yang Maha Penciptanya, itulah Allah.
(Seraya berkata) : Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Ucapan ini adalah lanjutan perasaan sesudah zikir dan fikir, yaitu tawakkal dan ridha, menyerah dan mengakui kelemahan diri. Sebab itu bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogianya bertambah ingatlah dia kepada Allah. Sebagai alamat pengakuan atas kelemahan diri itu, di hadapan kebesaran Tuhan. Timbullah bakti dan ibadat kepada-Nya. Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (ujung ayat 191).
Ujung doa ini, sebagai ujung ayat adalah kelanjutan pengakuan atas kebesaran Tuhan, yang didapati setelah memikirkan betapa hebatnya kejadian langit dan bumi, matahari dan bulan, bintang-bintang, alam semesta kelihatan dengan nyata kepatuhannya menurut kehendak Ilahi.[1]

C.      Surah Ibrahim ayat 32-34
ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur tAtRr&ur šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ylt÷zr'sù ¾ÏmÎ/ z`ÏB ÏNºtyJ¨V9$# $]%øÍ öNä3©9 ( t¤yur ãNä3s9 šù=àÿø9$# y̍ôftGÏ9 Îû ̍óst7ø9$# ¾Ín̍øBr'Î/ ( t¤yur ãNä3s9 t»yg÷RF{$# ÇÌËÈ   t¤yur ãNä3s9 }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur Èû÷üt7ͬ!#yŠ ( t¤yur ãNä3s9 Ÿ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur ÇÌÌÈ   Nä39s?#uäur `ÏiB Èe@à2 $tB çnqßJçGø9r'y 4 bÎ)ur (#rãès? |MyJ÷èÏR «!$# Ÿw !$ydqÝÁøtéB 3 žcÎ) z`»|¡SM}$# ×Pqè=sàs9 Ö$¤ÿŸ2 ÇÌÍÈ  
Artinya :
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan Dia telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).(Q.S. Ibrahim, 14 : 32-34)

D.       Tafsir Ayat
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu Lintuh rasanya tulang, lunglai segala persendian apabila Tuhan memperingatkan ini kepada kita. Betapa pun lengah dan lalai makhluk, betapa pun mereka melupakan Tuhan, bahkan kadang-kadang mempersekutukan-Nya dengan yang lain, namun hujan tetap turun juga dan bumi pun subur, pohon-pohon berbuah.[2]
Kehidupan manusia di seluruh dunia sangat bergantung kepada turunya air hujan, kesuburan bumi yang akan mendatangkan hasil, demikian juga makanan bagi manusia sendiri dan binatang-binatang ternak. Bahaya menimpa suatu negara kalau sekiranya disana terjadi kemarau panjang, sehingga manusia kelaparan dan binatang ternak pun habis mati. Sedang zaman modern yang disebut tergantung kepada industri itu pun masih mehendaki hujan.
Dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya,.” Menghubungkan kamu dari benua ke benua, pulau ke pulau, mencari sesama manusia, tukar-menukar kepentingan. Semuanya berlayar atas dan izin Allah. Artinya, nakhoda sendiri pun belum berani berlayar kalau belum siap, dan persiapan yang sebenarnya ialah keizinan dari Allah.
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.” (ujung  ayat 32). Maka pada ujung ayat ini, bahwa Allah memudahkan sungai-sungai untuk manusia, mengingatkan kita akan pentingnya sungai sebagai urat-nadi kehidupan, kemajuan, kebudayaan, sejak manusia pergaulan dalam alam ini.
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya).” Sehingga ketetapan peredaran matahari dan bulan itu membuka pikiran bagi kita untuk menilai waktu, menghitung jam, hari, bulan, dan tahun untuk jadi peringatan dari masa-masa yang kita lalui dalam hidup ini.
Dan Dia telah menundukkan bagimu malam dan siang.(ujung ayat 33). Dengan peredaran malam dan siang, kita pun dapat membagi hari dalam bekerja.
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Artinya, sebagaimana dikuatkan juga oleh ayat-ayat yang lain, semuanya yang kita perlu di dalam hidup kita telah disediakan oleh Allah, asal kita memakai fikiran kita, mencarinya dan mempergunakanya.
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.Misalnya telah dihitung sampai seratus. Maka sampai di seratus itu diadakan satu tanda, setiap sampai seratus satu tanda, ataupun setiap sampai seribu diadakan satu tanda. Akhirnya tanda-tanda bilangan yang banyak itu pun tidak akan dapat dijumlahkan lagi, lantaran banyaknya nikmat. Cobalah sekali-kali menghitung nikmat Tuhan pada dirimu sendiri, sejak engkau lahir ke dunia sampai kini. Dapatkah engkau jumlahkan? pasti tidak! Namun demikian,”Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).(ujung ayat 34). Manusia zalim kepada dirinya sendiri, sebab kerap kali nikmat yang tidak dapat dihitung itu dia sia-siakan, dianiayanya dirinya sendiri. Allah yang memberinya nikmat, tetapi yang lain yang dipujanya. Alangkah kasarnya budi yang demikian.



[1] Prof. DR. HAMKA, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd), Cet. 5. Jilid. 2. Hal. 1034.
[2] Prof. DR. HAMKA, Tafsir Al-Azhar, (Singapure : Kerjaya Printing Industries Pte Ltd) Cet. 5. Jilid. 5. Hal. 3782.